“gayamu nak..nak…, jatuh cinta kok sama cowo ganteng, kaya lagi….” “ mbok ya mikir-mikir toh kalau mau jatuh cinta, jangan asal begitu…” panjang lebar bu’e menceramahiku sambil memotong wortel yang ada di hadapannya. Aku yang sedari tadi asik mengupas bawang kaget mendengar perkataan bu’e yang seperti itu “ asal gimana maksud bu’e? “ “ emangnya kenapa kalau aku jatuh cinta sama mas radit? apa salahnya kalau dia ganteng trus kaya...?” jawabku tersinggung. “ oalaaaahh….. nduk-nduk,, kamu ini dikandani kok yo ngeyel yoh, mbok ya kamu mikir kamu itu siapa, nggak pantes kamu suka sama dia, ingat kamu itu siapa, kamu itu Cuma anak petani miskin, ndak punya apa-apa, jelek lagi…” tukas bu’e nggak mau kalah.
“ yee..si bu’e ini kok malah jelek-jelekin aku, ndak apa-apa toh bu kalau aku suka sama mas radit, siapa tau dia juga suka sama aku, kan lumayan bu bisa buat ngerubah nasib kita, iya toh..” ujarku meyakinkan. “ iya kalau dia suka sama kamu, kalau ndak…?”
“ ya..ya… akau bakal buat dia suka sama aku , gimana pun caranya…” jawabku pasti.
“ lho..!! pemaksaan toh namanya…” sanggah ibuku. “ biarin aja bu yang penting dia jadi suka sama aku ehehehh….” Jawabku asal " hmmm…dasar cah gemblung, suka sama orang mbok ya jangan dilihat dari tampang sama hartanya aja toh, tapi sikap dan ibadahnya juga penting, yaweslah sakarepmu, pusing bu’e ngajarin kamu, bu’e cuma nggak mau nantinya kamu malah disakitin sama dia” jawab bu’e ku kesal sambil membalik tempe dihadapannya yang sudah matang, Perdebatan hari itu berakhir begitu saja.
Sudah sejak lama aku memendam perasaan pada maas radit, anak kepala desa, orang terkaya di kampung ini, pemilik sawah yang digarap oleh bapakku, sedangkan ibu ku bekerja di rumahnya sebagai pembantu rumah tangga, aku tidak pernah berani untuk mengutarakan perasaanku, aku takut kalau masalah ini nantinya malah membuat kedua orang tuaku kelihangan pekerjaan mereka, aku memang mencintai mas radit, tapi aku lebih mencintai kedua orang tuaku, tapi sepertinya rasa ini kok makin lama makin banyak, sampai-sampai aku rela menolak tawaran cinta dri mas gusti, pemuda biasa tapi shaleh dari kampung sebelah, karena aku masih berharapsuatu saat mas radit akan membalas cinta ku, tapi kalau dipikir-pikir itu sangat mustahil, gimana nggak mustahil lha wong aku sama dia udah kaya langit sama bumi, beda jauh, tapi entah kenapa aku masih saja yakin akan hal itu.
Setelah dua bulan aku pe.de.ka.te sama mas radit dengan berbagai macam cara akhirnya semua usahaku mulai menunjukan hasil, yaa… meskipun hanya sebuah senyuman dan obrolan-obrolan ringan saja, tapi aku anggap itu sebuah kemajuan .
Hari ini tepat tanggal 14 Februari di warung bakso mang ujang aku resmi pacaran dengan mas radit, bunga-bunga seolah beterbangan di sekitarku, semuanya terlihat serba indah, dan rinai hujan yang lembut menjadi saksi awal kisah percintaan kami. “ rasane kok kaya ngimpi yoh…?!” ujarku pada mas radit kegirangan, ia hanya tersenyum melihat tingkahku.
Hari-hari yang kulalui denganya pun terasa lebih indah, seperti hidup dalam mimpi, hingga saatnya ia pun datang untuk melamarku. Ada perasaan bahagia sekaligus sedih dalam benakku, bahagia karena orang yang kucintai telah melamarku dan tak lama lagi ia akan menikahiku, bukankah hanya itu impian para perempuan ketika menjalin cinta dengan lawan jenis. Sedih karena pertunangan ini hanya dilakukan berdua saja , aku dan mas radit. alasannya karena sekarang bukan waktu yang tepat untuk memberitahukan hubungan kami pada keluarganya. “ alasan yang sangat klise menurutku” tapi aku tak dapat berbuat banyak , aku sadar akan keadaanku, meskipun ia berjanji untuk segera memberitahukan hal ini pada keluarganya , tapi entah kenapa rasa sedih itu tetap menggelayut dibenakku.
“ jangan terlalu cinta padanya, bu’e takut nantinya kamu kecewa, segala sesuatu yang berlebihan itu akhirnya pasti nggak bagus…” ucap bu’e ku suatu sore ketika aku tengah memandangi foto mas radit yang ada di kamarku .
“ eh..bu’e…kenapa toh? Kok bu’e ngomongnya gitu..?” tanyaku kaget
“ bukannya bu’e ndak setuju, tapi akan lebih baik jika kamu menikah dengan orang yang mencintaimu bukan orang yang kamu cintai…” ujarnya lagi. “ lho..mas Radit juga udah cinta kok sama aku, trus apa lagi masalahnya…?” jawabku agak sensi. “ masalahnya apa kamu yakin kalau cintanya dia itu tulus buat kamu? Dia kan lama tinggal di negari orang, Kamu ndak tau kan kehidupan dia dulu waktu di luar negeri itu kaya gimana?” “ apakah dia sudah punya pacar atau istri disana kan kamu ndak tau toh? “ jawab bu’e ku. “ maksud bu’e apa toh ngomong gitu…?” Tanya ku tak mengerti dan makin sensi. “ bu’e takut kalau dia Cuma manfaatin kepolosan kamu aja, takut kalau kamu dimainin sama dia apalagi dia itu kan orang kaya, mudah bagi dia buat mainin kamu yang Cuma anak petani miskin , yang ndak punya apa-apa, masih bodoh, nggak ngerti apa-apa…” “ lagian kalau memang dia serius sama kamu harusnya dia berani ngelamar kamu di hadapan orang tuanya, di hadapa bu’e dan bapakmu, bukan sembunyi-sembunyi seperti sekarang ini….” Ucapnya serius dengan mimik prihatin. “ tapi kan bu…dia begitu karena dia punya alasan tersendiri…dia…” “ dia belum siap untuk memperkenalkanmu pada keluarganya” bu’e segera memotong perkataanku. “karena sekarang dianggap bukan waktu yang tepat, ia kalau dia bisa segera nemu waktu yang tepat kalau ndak gimana? Sampai kapan kamu mau uterus-terusan seperti ini nduuukk…??.” Ucap bu’e sambil terisak pilu memikirkan nasib anak gadisnya, sementara diriku hanya bisa diam membisu mendengarnya aku tak dapat berkata apa-apa.
Cukup beralasan memang kenapa bu’e bicara seperti itu. Bu’e trauma, takut jika kejadian lima tahun silam yang menimpa kakak ku terulang lagi padaku. Yaa.. lima tahun silam ketika kakak ku ditinggal begitu saja oleh suaminya yang berasal dari keluarga kaya, ketika ia tengah hamil muda, suaminya pergi untuk perempuan lain, kakak ku mengalami stess yang luar biasa hingga ia pun harus kehilangan bayinya juga karena keguguran, bahkan lebih parah lagi kini kakak ku terpaksa harus mendekam di rumah sakit jiwa karena telah kehilangan akal sehatnya, karena tak kuasa menahan kehilangan suami dan bayinya sekaligus. Semua itu karena ulah suaminya, orang yang dulu mengaku cinta dan sayang padanya, bahkan keluarga suaminya pun turut melakukan hal yang sama padanya , mereka tak pernah peduli pada keadaanya dan hal itu sudah berlangsung sejak awal pernikahannya, karena mereka tak pernah setuju, dan itu hanya karena perbedaan derajat semata.
“ ya..mudah-mudaham mas radit dan keluarganya bukan orang-orang yang seperti itu bu'e, kita berdo’a saja…” ucapku pada bu’e.
Diluar dugaan semua orang ternyata hubungan kami di setujui oleh keluarga mas radit, entah diplomasi apa yang ia gunakan untuk merayu kelurganya, jadilah aku seketika menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini karena impianku akan segera terwujud sesaat lagi.
Tanggal pernikahanku sudah di tentukan, tempat dan catering sudah di pesan, undangan pun sudah banyak yang disebar tinggal menunggu hari H nya saja, ini merupakan saat-saat yang paling sibuk dan
menegangkan bagiku, tapi aku merasa sangat bahagia.
“ mudah-mudahan kamu bahagia ya nduk sama nak radit, mudah-mudahan dia pilihan yang tepat buat kamu, semoga rumah tangga kalian menjadi rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah…” ucap bapakku ketika aku menjalani prosesi sungkeman
“ amiiin…matur suwun yo pak atas do’ane…” tukasku mengamini.
Hari H pun tiba, semuanya telah siap, penghulu sudah datang, para tamu pun sudah banyak yang hadir termasuk mas gusti , aku sengaja mengundangnya agar ia turut merasakan kebahagiaanku . aku mengenakan baju penganten khas jawa warna putih dengan jilbab panjang penuh payet , dan berenda di sisi-sisinya, sedangkan mas radit mengenakan jas hitam lengkap dengan peci hitam pula. Seketika suasanya berubah menjadi sunyi dan menegangkan ketika penghulu mulai menjabat tangan mas radit untuk pelaksanaan ijab qabul, terasa sangat sacral.
“ saya trima nikah dan kawinnya galuh binti….” tiba-tiba ia menghentikan ucapannya ketika melihat seorang perempuan berbaju hijau tiba-tiba berdiri disampingnya dan... “ keisya…?!? ” ucapnya lagi. “ keisya….?siapa dia?” tanyaku penasaran.
“ apa yang sedang kamu lakukan mas..?? kamu mau menikah lagi” tanya perempuan itu pada mas radit. “ lagi…??” tanyaku makin tak mengerti. Mas radit buru-buru menarik lengan perempuan itu keluar dari arena pernikahan , sementara itu semua tamu undangan yang hadir saling melirik satu sama lain, bertanya-tanya , tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi disini , begitu juga dengan aku , orang tuaku, juga keluarga mas radit.
Diluar terliahat tengah terjadi perdebatan yang sengit antara mas radit dan perempuan itu , perempuan itu terlihat menangis tersedu-sedu sabil menunjuk-nunjuk perutnya seperti tengah mengatakan bahwa ia tengah hamil, atau palah aku tak tau pasti, sementara kami yang ada di dalam seolah terhipnotis menyaksikan adegan itu, hingga tak berapa lama kemudian mas radit kembali masuk ke dalam arena pernikahan kami dengan mimik yang serius dan sedikit tegang. “ maaf ,, saya tidak bisa melanjutkan pernikahan ini” ucapnya tiba-tiba. “ bu..,,pak..maaf,, sebenarnya saat di jerman dulu saya telah menikah dengan seseorang, dan perempuan yang ada di luar itu adalah istri saya, dan kini ia tengah mengandung anak saya, maaf karena tak memberitahukan hal ini sebelumnya, sekali lagi saya minta maaf…” ujarnya lagi pada keluarganya, ia membuat sebuah pernyataan yang sangat mengejutkan, dan tentu saja hal ini membuat keluarganya dan keluargaku syok bukan kepalang , terlebih lagi diriku, rasanya dunia ini telah runtuh menimpaku, dan tentu saja hal ini juga berhasil membuat para undangan gaduh seketika. “ galuh.. maafkan aku , aku tulus mencintai dan menyayangimu, aku tak bermaksud untuk menipumu, aku berniat akan memberitahukan hal ini nanti jika waktunya sudah tepat maafkan aku…” ucapnya padaku.
Huhh…!! Jijik aku mendengarnya , bagaimana mungkin ia tega berlaku demikian padaku, apa salahku padanya? , hari pernikahan yang semestinya menjadi hari yang paling membahagiakan kini telah berubah menjadi hari yang paling suram, paling menyakitkan, menyedihkan sekaligus memalukan bagiku dan keluargaku. “ya Allah..,, jadikanlah kami sabar dan ikhlas dalam masalah ini..” doaku dalam hati.
Aku menagis sejadi-jadinya meratapi kegagalan pernikahanku, tapi aku juga bersyukur pada Allah karena dia telah menunjukan keburukannya padaku saat ini sebelum aku melangkah lebih jauh lagi dengannya, seandainya hari ini perempuan iti tidak hadir mungkin akan selamanya aku tidak mengetahui bahwa mas radit ternyata telah beristri, entah apalagi kebusukan yang ia sembunyikan dariku, biarlah Allah saja yang tahu dan membalasnya.
“ sabar nduk..,, mungkin dia memang bukan jodohmu” ucap bu’e lembut sambil membelai rambutku, aku masih menangis di tempat tidurku. “ iyo nduk,, masih bagus dah ketauan dari sekarang dari pada nanti..” bapak ikut menimpali . “ iya .., tapi sekarang siapa lagi yang mau menikah denganku bu...pak...?, anak petani miskin yang pernah gagal menikah, saya malu pak..malu…” jawabku makin sedih.
“ lho..!! jodoh itukan di tangan Allah, kita ndak pernah tau jodoh kita itu siapa , kita ndak pernah tau kalau ternyata jodoh kita itu ada di dekat kita, termasuk kamu dan nak gusti..” ucap bu’e menjelaskan. “ lho..kok jadi bawa-bawa gusti toh..?” tanyaku bingung
“ lha iyoh,, orang katanya nak gusti masih mau kok untuk menikahi kamu, mudah-mudahan aja kalian berjodoh…” kata bu’e ku lagi “hmmm….bu’e ini ngaco , mana mungkin dia masih mau sama aku, dia pasti sakit hati gara-gara dulu cintanya aku tolak, dan mungkin sekarang dia lagi bahagia ngetawain aku yang gagal nikah…” jawabku ngeyel . “ kamu ini dikasih tau kok malah sok tau ya…” “ kalau ndak percaya yaudah tanya aja sama orangnya langsung , orangnya ada di ruang tamu tuh, dari tadi nungguin kamu …”
“ lho..bu’e kok ndak ngasih tau dari tadi sih…?” tanyaku sewot dan sedikit malu , aku segera beranjak dari tempat tidurku dan menemui mas gusti. Kami terdiam cukup lama di ruang tamu. “ kamu serius mau nikahin aku…?” tanyaku memulai pembicaraan
“ iya, memangnya kenapa toh…? Kamu ndak mau nikah sama aku…”
“ bukanya begitu mas, tapi kamu tau sendiri kan apa yang baru saja menimpaku, hari ini aku gagal menikah..apa kamu ndak malu kalau nikah sama aku?” “ nggak, aku ndak peduli itu galuh, aku serius, tulus mau nikahin kamu karena aku cinta sama kamu..” jawabnya mantap. “ yawes kalau memang kamu serius, kamu siapin semua perlengkapannya sekarang juga, kabarin juga orang tua mu, nanti malam kita nikah di masjid yang tadi aja ba’da shalat isya “ jawabku tak kalah mantap. “ malam ini juga? Apa ndak terlalu mendadak …??” tanyanya ragu . “ nggak kok aku serius, orang aku dah terlanjur dandan cantik begini kok , lengkap peke baju penganten segala moso nikahnya besok-besok sih ? " “ males dandan-dandan lagi aku kalau nikahnya besok-besok, kenapa…? Kamu keberatan toh…? “ tanyaku sengaja untuk menguji keseriusannya . “ nggak kok, aku malah seneng, lebih cepat lebih baik, mudah-mudahan Allah juga ridha dengan ini, yawes aku tak pulang dulu ya.. mau siap-siap, sekalian ngasih tau keluargaku, pamit ya… Assalamualaikum…”
Jadilah malam itu aku menikah dengan mas gusti, orang yang dulu aku tolak cintanya karena dia kalah ganteng dan kalah kaya dari mas radit, tapi kini ia telah menjadi suamiku , menyelamatkanku dari rasa malu. dengan disaksikan para jamaah masjid. ada rasa haru ketika menyaksikan dia membaca hafalan Al-qur’an sebagai mas kawin sambil terisak .
“ ya Allah jadikanlah rumah tangga kami rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah…” doaku lirih.
@ h.w. izati ^_^
5 komentar:
ehehehheh.....
memang bnr jgn pernh terbuai dengan tampang n harta
krna itu semua tdk bsa sbgai jaminan
ya .. ya ..
benar itu nak .. jangan hanya menilai seseorang dari luarny saja ..
hahahah
betul banget tuuuh...
seperti aku ini laah,,
ganteng, baik hati, Tidak sombong, yaaaah pokoknya yang baik2 githu deeeeeh....!!
hehehe....!!
uweek.... :p
ckckckck
Posting Komentar