topbella

Kamis, 23 Agustus 2012

Jalan Cinta Sang Mentor


    
Jam dinding di kamarku sudah menunjukan pukul tiga dini hari, hembusan angin sepoi menelusup melalui jendela kamarku yang memang sengaja kubiarkan terbuka saat tidur,lembut mengusap kulitku,dingin. Pagi ini aku terlambat bangun mungkin karena semalam aku terlalu lelah mengoreksi hasil tugas anak didikku hingga larut malam. Biasanya tiap pukul dua dini hari aku sudah bangun mengerjakan segala rutinitas pagiku : qiamul lail,tadarus Al-Qur’an,mengulang hafalan dan berzikir hingga adzan subuh berkumandang,waktu yang paling ku tunggu-tunggu. dalam kisaran waktu selama dua puluh empat jam waktu subuh adalah waktu yang paling kusuka dan kunanti,keindahan dan ketenangan waktu subuh mampu memberiku kekhusyu’an tersendiri ketika berdialog dengan rabbku.
            Ahhh...rupa-rupanya mengikuti kegiatan mentoring selama kurang lebih delapan tahun telah memberiku banyak perubahan dalam hidup,kini aku telah menjadi pribadi yang lebih religius dan kalem dari sebelumnya bahkan saat ini aku telah dipercaya menjadi salah satu mentor halaqah di almamaterku dulu sewaktu SMA. Hmmm...siapa yang menyangka jika dulu aku pernah memiliki masa lalu yang kelam, aku pernah menyandang gelar si setan rusuh sewaktu SMA karena suka berbuat onar di dalam kelas bahkan sering membuat guru-guru perempuan yang masuk ke kelasku keluar lebih cepat dengan cucuran air mata,dan yang paling fatal adalah aku pernah tidur dengan salah satu teman perempuanku. Penasaran, Itulah motif kami malakukannya ketika SMP,tak ada seorang pun yang tahu mengenai hal itu hingga kini termasuk keluargaku,aku juga tidak tahu bagaimana kelanjutan nasib teman perempuanku itu,setelah kejadian itu dia pindah sekolah dan dari kabar terakhir yang kudengar lima tahun lalu katanya dia pindah ke luar negeri dan telah menikah disana,Alhamdulillah. Tapi Allah adalah sang maha pengampun,Ia mau mamaafkan siapa saja hambaNya yang bersungguh-sungguh bertaubat. Dan Allah maha adil, Ia telah menutup segala aib hambaNya yang telah bertaubat serta dengan sungguh-sungguh berusaha memperbaiki diri, maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? Hatiku bergetar melafalkan kalimat itu dalam zikirku hingga air mataku kian menganak sungai.
            Bulan ini aku genap berusia dua-puluhlima-tahun,usia yang cukup pantas bagi laki-laki untuk mengayuh bahtera rumah tangga bersama bidadari impian,namun sampai detik ini pun aku belum punya calon. Aku bukan tidak pernah membuat planing atau jatuh cinta. Sejak empat tahun lalu aku selalu membuat target akan menikah di usiaku yang kesekian atau sekian,tapi apalah daya manusia hanya bisa berencana Allah jualah yang menentukan,aku juga pernah jatuh cinta,bukan sekali dua tapi berkali-kali. Berkali-kali jatuh cinta dan berkali-kali pula bertepuk sebelah tangan.yang paling miris adalah kejadian yang baru kualami baru-baru ini,tiga bulan yang lalu aku jatih cinta pada seorang gadis,dia teman seprofesiku anak dari pemilik yayasan tempatku mengajar gadis itu pun kelihatannya juga memiliki perasaan yang sama denganku karena beberapa kali tanpa sengaja kulihat wajahnya memerah dan mendadak salah tingkah jika bertemu denganku,tapi ketika niatan suci itu kian jelas membayang di pellupuk mata aku tak jua berani mewujudkannya.
            Aku terlalu minder menghadapi keluarganya yang memang berasal dari kalangan atas,sedangkan aku?siapa?aku hanya seorang guru honorer rendahan dengan tampang bisa,punya sedit tabungan,dan sebuah kendaraan butut roda dua. Mau dikasih makan apa anak orang? Aku takut tidak bisa membahagiakannya,bukankah menikah itu sebuah rencana jangka panjang?butuh banyak pertimbangan tidak bisa asal menikah.
            “halah...itukan alasan klise mas,bukankah baginda nabi juga dalam keadaan miskin ketika menikah dengan siti khodijah yang semua orang tahu dia adalah seorang konglomerat ternama di jamannya?bukankah Allah yang akan mencukupkanmu dengan rizekiNya?apa yang kau takutkan?” ceramah adikku panjang lebar,geregetan melihat tingkahku yang pengecut. Akalku mebenarkan apa yang dikatakannya,tapi perasaanku telah mengalahkan ketajaman akalku,hingga sang gadis pujaan pun diambil orang,nasib.
            “karim,kapan kamu mau menikah?adikmu sudah mulai besar lho sudh banyak yang naksir,bapak juga sudah semakin tua,bapak takut keburu dipanggil Allah sebelum kau menikah seperti ibumu “ untuk kesekian kalinya bapakku kembali mengajukan pertanyaan yang sama usai shalat magrib hari ini. “sabar ya pak,masih belum ketemu yang pas,bapak doakan saja agar bisa segera menemukan yang pas” jawabku pelan. Ahh..rasa-rasanya aku mulai jengah mendengar cercaan pertanyaan itu.apalagi ketika lebaran tiba pertanyaan-pertanyaan seputar “kapan kamu menikah?” dan sejenisnya kian riuh terdengar dari mulut-mulut keluarga besarku,para tetangga dan teman-temanku.
            Merasa sudah semakin tua di usia kepala tiga dan belum juga bertemu dengan sang belahan jiwa,sedikit putus asa dan terdesak oleh permintaan bapak aku pun memberanikan diri meminta pertolongan pada mentorku untuk segera dicarikan jodoh,siapa pun orangnya asal menurut beliau gadis itu baik dan shalehah aku akan menerimanya dengan ikhlas.
            “ kau sudah benar-benar siap untuk menikah ?” tanya mentorku suatu siang.
“Insya Allah siap saya  ustad “ jawabku mantap, “ bagus,kalau begitu besok kau jangan pergi kemana-mana,siap-siap besok pukul sepuluh tepat akan ada yang datang ke rumahmu” “besok?siapa ustad?”
“sudah,kau tunggu saja “perintahnya lagi “baik ustad”jawabku patuh.
            Jarum jam sudah menunjukan pukul sebelas malam lewat lima belas menit,tapi aku masih belum bisa menicingkan mata barang sedetik,gelisah,aku tak bisa tidur rasanya sangat deg-degan penasaran siapa yang akan datang ke rumahku besok,rasanya sangat tidak sabar menunggu pagi. Jarum jam terus berputar,cepat bak lesatan peluru menyisakan aku yang masih diburu penasaran. Pukul dua dini hari aku bangkit dari tempat tidur, mengambil air wudhu,melaksanakan shalat malam,tadarus Al-Qur’an,berzikir memohon ketenangan hati pada rabbku,rabbul izzati.
            Pagi pun akhirnya tiba,tepat pukul sembilan aku sudah siap menunggu kedatangan tamu rahasia yang dijanjikan oleh ustad Hakim. Meski sudah tarik napas berkali-kali tapi aku masih saja gugup,hatiku sibuk menerka-nerka siapa kira-kira yang akan datang,degup jantungku seakan beradu cepat dengan laju jarum jam.Pukul sepuluh lewat dua puluh lima menit,masih belum ada yang datang,hatiku semakin was-was.
Pukul sepuluh lewat tiga puluh menit kudengar deru mobil berhenti di depan rumahku, “siapa ya?”tanya batinku penasaran, namun mendadak bingung ketika melihat yang turun dari mobil justru ustad Hakim sendiri dan keluarganya, “lho kok malah pak ustad yang datang?tamunya mana? “ tanyaku polos, “lha memangnya saya ini bukan tamu?sudah kumpul semua keluargamu?” “sudah ustad,silahkan masuk” jawabku kikuk.
            Lima belas menit berlalu obrolan kami masih belum masuk pada intinya hingga aku mengambil inisiatif memberanikan diri bertanya, “maaf pak ustad,saya masih belum mengerti maksud kedatangan pak ustad kemari,sebenarnya ada apa?” “hmm..baiklah kalau memang kau sudah tidak sabar akan segera saya beritahu” “silahkan ustad “ “kami sekeluarga sengaja datang kemari demi maksud tertentu, tempo hari bukankah kau sendiri yang datang kepadaku untuk minta dicarikan jodoh,kau bilang siapa pun orangnya asal enurutku baik dan shalehah kau akan menerimanya dengan ikhlas “ “benar ustad,lalu?” tanyaku masih tidak mengerti “ begini anakku,aku punya seorang calon yang Insya allah cocok denganmu. Dia cantik,baik budi, dan shalehah Insya Allah, bersediakah kau menerimanya?” “Insya Allah ustad,saya akan menerimanya dengan ikhlas”jawabku mantap, “Alhamdulillah “seketika ruang tamuku jadi riuh “kalau boleh tahu dia itu siapa yah ustad?” “ dia adalah putri bungsuku, namanya Naisya Annisatu Fitri,dia masih menunggu di dalam mobil menunggu keputusanmu,karena kau sudah bersedia maka akan segera ku panggilkan dia” allahu akbar seketika jantungku mendadak mau copot mendengar jawaban ustad Hakim,aku mencubit tanganku sendiri untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi, perasaanku semakin tak karuan ketika melihat putri ustad Hakim,dia sangat cantik ,rasa-rasanya aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama, aku semakin grogi ketika berkenalan dengannya,entah seperti apa tampangku saat itu.
     “ustad,apakah ini sungguhan?” tanyaku memastikan “ya,tentu saja ini sungguhan,bersyukurlah pada Allah yang telah memberimu banyak kenikmatan, aku telah lama mengenalmu, aku tahu persis bagaimana dirimu,kini kuserahkan hartaku yang paling berharga ketanganmu,tolong jaga dia baik-baik “ “tentu ustad,aku akan menjagana dengan baik, terimakasih bany ustad”jawablkku sambil terisak di pelukan ustad Hakim,semoa orang yang hadir di ruangan itu menangis terharu menyaksikan pemandangan langka ini.
Alhamdulillah...Allahu Akbar...
Maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kau dustakan...??.


0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto Saya
Winarsih Azhari Noor
aku adalah remaja biasa, tidak cantik, tidak pintar, dan tidak kaya, tapi aku bersyukur atas apa yang telah ku miliki saat ini....(jiaah lebay) thank u Allah...:)
Lihat profil lengkapku