Jam dinding di kamarku
sudah menunjukan pukul tiga dini hari, hembusan angin sepoi menelusup melalui
jendela kamarku yang memang sengaja kubiarkan terbuka saat tidur,lembut
mengusap kulitku,dingin. Pagi ini aku terlambat bangun mungkin karena semalam
aku terlalu lelah mengoreksi hasil tugas anak didikku hingga larut malam. Biasanya
tiap pukul dua dini hari aku sudah bangun mengerjakan segala rutinitas pagiku :
qiamul lail,tadarus Al-Qur’an,mengulang hafalan dan berzikir hingga adzan subuh
berkumandang,waktu yang paling ku tunggu-tunggu. dalam kisaran waktu selama dua
puluh empat jam waktu subuh adalah waktu yang paling kusuka dan
kunanti,keindahan dan ketenangan waktu subuh mampu memberiku kekhusyu’an tersendiri
ketika berdialog dengan rabbku.
Ahhh...rupa-rupanya mengikuti kegiatan mentoring selama
kurang lebih delapan tahun telah memberiku banyak perubahan dalam hidup,kini
aku telah menjadi pribadi yang lebih religius dan kalem dari sebelumnya bahkan
saat ini aku telah dipercaya menjadi salah satu mentor halaqah di almamaterku
dulu sewaktu SMA. Hmmm...siapa yang menyangka jika dulu aku pernah memiliki
masa lalu yang kelam, aku pernah menyandang gelar si setan rusuh sewaktu SMA
karena suka berbuat onar di dalam kelas bahkan sering membuat guru-guru
perempuan yang masuk ke kelasku keluar lebih cepat dengan cucuran air mata,dan
yang paling fatal adalah aku pernah tidur dengan salah satu teman perempuanku. Penasaran,
Itulah motif kami malakukannya ketika SMP,tak ada seorang pun yang tahu
mengenai hal itu hingga kini termasuk keluargaku,aku juga tidak tahu bagaimana
kelanjutan nasib teman perempuanku itu,setelah kejadian itu dia pindah sekolah
dan dari kabar terakhir yang kudengar lima tahun lalu katanya dia pindah ke
luar negeri dan telah menikah disana,Alhamdulillah. Tapi Allah adalah sang maha
pengampun,Ia mau mamaafkan siapa saja hambaNya yang bersungguh-sungguh
bertaubat. Dan Allah maha adil, Ia telah menutup segala aib hambaNya yang telah
bertaubat serta dengan sungguh-sungguh berusaha memperbaiki diri, maka nikmat
Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan? Hatiku bergetar melafalkan kalimat itu
dalam zikirku hingga air mataku kian menganak sungai.
Bulan ini aku genap berusia dua-puluhlima-tahun,usia yang
cukup pantas bagi laki-laki untuk mengayuh bahtera rumah tangga bersama
bidadari impian,namun sampai detik ini pun aku belum punya calon. Aku bukan
tidak pernah membuat planing atau jatuh cinta. Sejak empat tahun lalu aku
selalu membuat target akan menikah di usiaku yang kesekian atau sekian,tapi
apalah daya manusia hanya bisa berencana Allah jualah yang menentukan,aku juga
pernah jatuh cinta,bukan sekali dua tapi berkali-kali. Berkali-kali jatuh cinta
dan berkali-kali pula bertepuk sebelah tangan.yang paling miris adalah kejadian
yang baru kualami baru-baru ini,tiga bulan yang lalu aku jatih cinta pada
seorang gadis,dia teman seprofesiku anak dari pemilik yayasan tempatku mengajar
gadis itu pun kelihatannya juga memiliki perasaan yang sama denganku karena
beberapa kali tanpa sengaja kulihat wajahnya memerah dan mendadak salah tingkah
jika bertemu denganku,tapi ketika niatan suci itu kian jelas membayang di
pellupuk mata aku tak jua berani mewujudkannya.
Aku terlalu minder menghadapi keluarganya yang memang
berasal dari kalangan atas,sedangkan aku?siapa?aku hanya seorang guru honorer
rendahan dengan tampang bisa,punya sedit tabungan,dan sebuah kendaraan butut
roda dua. Mau dikasih makan apa anak orang? Aku takut tidak bisa
membahagiakannya,bukankah menikah itu sebuah rencana jangka panjang?butuh
banyak pertimbangan tidak bisa asal menikah.
“halah...itukan alasan klise mas,bukankah baginda nabi
juga dalam keadaan miskin ketika menikah dengan siti khodijah yang semua orang
tahu dia adalah seorang konglomerat ternama di jamannya?bukankah Allah yang
akan mencukupkanmu dengan rizekiNya?apa yang kau takutkan?” ceramah adikku
panjang lebar,geregetan melihat tingkahku yang pengecut. Akalku mebenarkan apa
yang dikatakannya,tapi perasaanku telah mengalahkan ketajaman akalku,hingga
sang gadis pujaan pun diambil orang,nasib.
“karim,kapan kamu mau menikah?adikmu sudah mulai besar
lho sudh banyak yang naksir,bapak juga sudah semakin tua,bapak takut keburu
dipanggil Allah sebelum kau menikah seperti ibumu “ untuk kesekian kalinya
bapakku kembali mengajukan pertanyaan yang sama usai shalat magrib hari ini. “sabar
ya pak,masih belum ketemu yang pas,bapak doakan saja agar bisa segera menemukan
yang pas” jawabku pelan. Ahh..rasa-rasanya aku mulai jengah mendengar cercaan
pertanyaan itu.apalagi ketika lebaran tiba pertanyaan-pertanyaan seputar “kapan
kamu menikah?” dan sejenisnya kian riuh terdengar dari mulut-mulut keluarga
besarku,para tetangga dan teman-temanku.
Merasa sudah semakin tua di usia kepala tiga dan belum
juga bertemu dengan sang belahan jiwa,sedikit putus asa dan terdesak oleh
permintaan bapak aku pun memberanikan diri meminta pertolongan pada mentorku
untuk segera dicarikan jodoh,siapa pun orangnya asal menurut beliau gadis itu
baik dan shalehah aku akan menerimanya dengan ikhlas.
“ kau sudah benar-benar siap untuk menikah ?” tanya
mentorku suatu siang.
“Insya Allah siap saya ustad “ jawabku mantap, “ bagus,kalau begitu
besok kau jangan pergi kemana-mana,siap-siap besok pukul sepuluh tepat akan ada
yang datang ke rumahmu” “besok?siapa ustad?”
“sudah,kau tunggu saja “perintahnya
lagi “baik ustad”jawabku patuh.
Jarum jam sudah menunjukan pukul sebelas malam lewat lima
belas menit,tapi aku masih belum bisa menicingkan mata barang sedetik,gelisah,aku
tak bisa tidur rasanya sangat deg-degan penasaran siapa yang akan datang ke
rumahku besok,rasanya sangat tidak sabar menunggu pagi. Jarum jam terus
berputar,cepat bak lesatan peluru menyisakan aku yang masih diburu penasaran. Pukul
dua dini hari aku bangkit dari tempat tidur, mengambil air wudhu,melaksanakan
shalat malam,tadarus Al-Qur’an,berzikir memohon ketenangan hati pada
rabbku,rabbul izzati.
Pagi pun akhirnya tiba,tepat pukul sembilan aku sudah
siap menunggu kedatangan tamu rahasia yang dijanjikan oleh ustad Hakim. Meski sudah
tarik napas berkali-kali tapi aku masih saja gugup,hatiku sibuk menerka-nerka
siapa kira-kira yang akan datang,degup jantungku seakan beradu cepat dengan
laju jarum jam.Pukul sepuluh lewat dua
puluh lima menit,masih belum ada yang datang,hatiku semakin was-was.
Pukul sepuluh lewat
tiga puluh menit kudengar deru mobil berhenti di depan rumahku, “siapa ya?”tanya
batinku penasaran, namun mendadak bingung ketika melihat yang turun dari mobil
justru ustad Hakim sendiri dan keluarganya, “lho kok malah pak ustad yang
datang?tamunya mana? “ tanyaku polos, “lha memangnya saya ini bukan tamu?sudah
kumpul semua keluargamu?” “sudah ustad,silahkan masuk” jawabku kikuk.
Lima belas menit berlalu obrolan kami masih belum masuk
pada intinya hingga aku mengambil inisiatif memberanikan diri bertanya, “maaf
pak ustad,saya masih belum mengerti maksud kedatangan pak ustad kemari,sebenarnya
ada apa?” “hmm..baiklah kalau memang kau sudah tidak sabar akan segera saya
beritahu” “silahkan ustad “ “kami sekeluarga sengaja datang kemari demi maksud tertentu,
tempo hari bukankah kau sendiri yang datang kepadaku untuk minta dicarikan
jodoh,kau bilang siapa pun orangnya asal enurutku baik dan shalehah kau akan
menerimanya dengan ikhlas “ “benar ustad,lalu?” tanyaku masih tidak mengerti “
begini anakku,aku punya seorang calon yang Insya allah cocok denganmu. Dia cantik,baik
budi, dan shalehah Insya Allah, bersediakah kau menerimanya?” “Insya Allah
ustad,saya akan menerimanya dengan ikhlas”jawabku mantap, “Alhamdulillah “seketika
ruang tamuku jadi riuh “kalau boleh tahu dia itu siapa yah ustad?” “ dia adalah
putri bungsuku, namanya Naisya Annisatu Fitri,dia masih menunggu di dalam mobil
menunggu keputusanmu,karena kau sudah bersedia maka akan segera ku panggilkan
dia” allahu akbar seketika jantungku mendadak mau copot mendengar jawaban ustad
Hakim,aku mencubit tanganku sendiri untuk memastikan bahwa ini bukan mimpi,
perasaanku semakin tak karuan ketika melihat putri ustad Hakim,dia sangat
cantik ,rasa-rasanya aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama, aku semakin
grogi ketika berkenalan dengannya,entah seperti apa tampangku saat itu.
“ustad,apakah ini sungguhan?” tanyaku memastikan “ya,tentu
saja ini sungguhan,bersyukurlah pada Allah yang telah memberimu banyak
kenikmatan, aku telah lama mengenalmu, aku tahu persis bagaimana dirimu,kini
kuserahkan hartaku yang paling berharga ketanganmu,tolong jaga dia baik-baik “ “tentu
ustad,aku akan menjagana dengan baik, terimakasih bany ustad”jawablkku sambil
terisak di pelukan ustad Hakim,semoa orang yang hadir di ruangan itu menangis
terharu menyaksikan pemandangan langka ini.
Alhamdulillah...Allahu
Akbar...
Maka nikmat tuhanmu
yang manakah yang kau dustakan...??.
0 komentar:
Posting Komentar