topbella

Rabu, 21 November 2012

memori di deras hujan


Jejak tempias hujan masih terlihat dengan jelas di teras rumahku, bahkan raut wajah langit yang sendu pun masih setia mengungkung semesta meski hujan telah berlalu sejak lima belas menit yang lalu.
Hmmm…biasanya ketika turun hujan seperti tadi bidadariku akan datang menghampiri membawakan secangkir kopi panas,memakaikanku jaket tebal lalu mengajakku berdiri di bibir jendela menyaksikan tarian hebat ribuan pasukan air langit,sambil terus saling bergenggam tangan lama sekali, ahh..menyenangkan sekali suasana pada saat itu
“ aku akan selalu mengingatnya cinta…” gumamku dalam hati.
            Hari ini tanggal dua puluh bulan tiga,menjadi hari paling istimewa sepanjang hidupku, ya pada hari ini empat puluh lima tahun yang lalu aku menikahi seorang bidadari cantik putri kepala desa sahabat bapakku. Pertama kali melihat fotonya entah mengapa hatiku begitu damai menatapnya,membuatku sangat yakin bahwa dia adalah perempuan yang pantas untuk menjadi istri sekaligus ibu bagi anak-anakku kelak, perempuan shalehah yang keibuan, hingga membuatku dengan senang hati mengangguk semangat menyetujui perjodohan itu.
            Sebulan…
            Dua bulan setelah pernikahan….
            Kami merasa sangat bahagia layaknya sepasang muda-mudi yang sedang kasmaran, mulai mengenal pribadi masing-masing, aku mulai tahu bahwa warna kesukaannya adalah merah, tidak suka makan sayur dan buah, suka menatap langit malam berlama-lama, girang bukan kepalang ketika melihat hujan turun, dia pun mulai menghafal apa makanan favoritku,buku-buku kesukaanku,suka berlibur kemana dan banyak hal menarik lagi lainnya yang membuat kami semakin dekat,saling memahami dan menyatu seperti manunggal jiwa seolah-olah aku memang diciptakan untukknya dan dia memang diciptakan untukku.
            Tiga tahun telah berlalu, waktu telah berlari dengan cepatnya bak lesatan peluru. Di tahun ketiga ini kehidupan kami masih sama bahagianya seperti awal pernikahan bahkan terasa kian semarak dengan kelahiran seorang bayi perempuan yang kami beri nama Cindanita.
 Setelah anak kami memasuki usia delapan tahun istriku pun mulai kembali bekerja, ia mengajar di sebuah sekolah dasar tempat anak kami bersekolah juga, letaknya tak berapa jauh dari rumah. Semua tetap berjalan dengan normal karena istriku begitu pandai membagi waktu. Mengajar, mengurus buah hati kami, mengurusku, juga mengurus semua kerluan rumah tangga lainnya,sesekali aku pun ikut membantunya agar ia tak terlalu sibuk. Dia tetap menjadi bidadari cantikku, bidadari yang selalu memberiku semangat dan inspirasi melalui senyumnya, senyum manis yang senantiasa kurindukan setiap saat.
Dan perpisahan itu pun bermula….
Pagi itu istriku pergi ke Surabaya untuk urusan dinas, tak ada firasat apa pun pada saat itu, aku hanya merasa sedikit berat untuk melepas kepergiannya, rasanya aku ingin terus berlama-lama menatap senyumnya, memeluknya erat-erat, namun akhirnya tetap ku relakan jua dia berangkat ke Surabaya.

            Tengah malam telepon selularku berteriak kencang berkali-kali dan berhasil membangunkanku dari tidur lelapku,kulihat bukan nomor yang kukenal yang terpampang di layar HPku
 “haaa…siapalah orang ini?kenapa pula harus menelepon tengah malam begini ?” gerutuku sebal.
Degh...
dan kabar buruk itu pun datang…
Bus yang ditumpangi oleh istriku mengalami kecelakaan beruntun tak jauh sebelum sampai ke hotel tempatnya akan menginap, mati otak, dia koma.malam itu juga aku langung meluncur ke Surabaya, cindanita kutitipkan pada ibuku.
Duhai…duniaku seakan ikut runtuh seketika itu juga, lihatlah…bidadariku tergolek lemah tak berdaya di atas tempat tidur dengan belalai panjang disana sini, juga sebuah alat berbentuk kotak tepat berada di samping kepalanya,mirip sebuah radio besar jaman dulu yang ramai sekali berdecit-decit tiada henti menandakan bahwa masih ada kehidupan disana.tak ada senyum manisnya malam ini.
“ cinta…ayo bangun, lihatlah di luar sedang hujan…bukankah kau sangat menyukai hujan?” bisikku lembut di telinga bidadariku. Aku tahu meskipun istriku sudah tak bisa melakukan apa pun,tapi paling tidak ia masih bisa mendengar suaraku, aku pun tak bosan-bosannya menceritakan banyak hal padanya, membacakan buku-buku cerita, juga membacakan al-qur’an tiap selasai shalat agar ia tak merasa jenuh, aku ingin agar ia tahu bahwa aku selalu ada disampingnya,bersamanya dalam suka dan duka.
Enam bulan setelah dirawat di Surabaya aku memutuskan untuk membawanya pulang agar aku bisa merawatnya dengan lebih baik, karena lama kelamaan aku kuwalahan juga jika harus bolak-balik Jakarta-surabaya. Aku tetap bekerja seperti biasa, sebelum berangkat aku menyapanya, membersihkan tubuhnya lalu mendandaninya agar ia selalu merasa cantik, membuat sarapan,mengantar anakku ke sekolah dan seperti biasa sebelum meninggalkannya aku akan menelepon ke Handphone-nya lalu meletakannya tepat di telinganya agar aku bisa terus mengajaknya bicara selama aku bekerja agar ia tak merasa kesepian .teman-teman kantorku pun mulai hafal kebiasaan baruku yang satu ini, di sela-sela kesibukanku mengerjakan tugas kantor aku juga sibuk menceracau di Handphone, cerita tentang ini itu, kadang menyanyi, kadang mengajak bercanda yang justru malah mengundang rasa iba dari teman-teman kantorku karena mereka tahu bahwa lawan  bicaraku yang di seberang sana sama sekali tak bisa ikut tertawa mendengar leuconku, tapi sungguh aku yakin di dalam hatinya yang paling dalam bidadariku itu selalu ikut tertawa mendengar guyonanku, ikut menimpali cerita-ceritaku juga ikut berdendang bersamaku meski suaraku terdengar amat sumbang, aku yakin itu.aku ingin agar kehidupan kami tetap berjalan normal sama seperti saat ia sehat.
Lima belas tahun telah berlalu….
Bidadariku masih saja setia dengan tidur panjangnya, dokter bilang peluang hidupnya sangat kecil hanya satu persen.
“ cinta…ayo cepat bangun…, lihatlah Cindanita kita lusa akan menikah “ bisikku mesra sambil memeluknya menatap hujan.   

Malam ini aku ingin terus memeluknya, menatap wajahnya berlama-lama.
Duhai…lihatlah kenapa wajahnya terlihat begitu damai malam ini, ia jadi terlihat semakin cantik, seulas senyum manis pun tergores di bibir mungilnya. Senang sekali aku melihatnya tapi aku juga merasa sedikit aneh. Kudekatkan wajahku ke wajahnya tak lagi kurasakan hembusan nafas hangatnya, mesin berbentuk kotak yang super berisik itu pun memainkan bunyi yang berbeda “ttiiiiiiiiiiiitt….” Dengan garis lurus panjang berwarna hijau terpampang di monitornya. Aku mulai panik, ku panggil-panggil namanya,berseru-seru kencang mencoba membangunkannya,lama sekali tetap tak ada respon, Cindanitaku sudah ikut berada di kamar,ikut  melihat kejadian ini kemudian ia pun mulai menangis, mulai menyadari sesuatu yang buruk telah terjadi, dia segera menelepon dokter.

“innalillahi wa innailaihi raajiuun…”
           
 Bidadariku telah mengehembuskan nafas terakhirnya, ia pergi meninggalkanku untuk selamanya, ia pergi dalam pelukanku dengan tenang, ia pergi sebelum sempat menyaksikan Cindanitanya melangkah bahagia di pelaminan. Duhai…bagaimanalah perihnya perasaanku kala itu…?

“ayah pun sangat mencintai bidadari ayah yang tak lain adalah ibumu itu nak, namun ternyata Allah yang Esa jauh lebih mencintai ibumu..” gumamku lirih menghibur Cindanitaku yang tak henti-hentinya menangis.

Hehhh…aku masih saja menangis tergugu tiap kali mengenang masa itu padahal kejadiannya sudah berpuluh-puluh tahun yang lalu.

“cinta…,lihatlah…sekarang cindanita kita sudah hidup bahagia dengan keluarga kecilnya, sudah punya tiga orang anak yang lucu-lucu, kita sudah punya cucu yang senantiasa memanggil kita dengan sebutan kaken dan ninen, bahkan anaknya yang paling kecil suka sekali menggambar foto-foto kita sambil sesekali berseru riang bilang “aku ingin cantik seperti ninen” ‘aku ingin mengoleksi baju-baju warna merah seperti ninen “  hmm…lucu sekali bukan?

“cinta…apakah disana kau sedang tersenyum bahagia sepertiku?”

“Aku merindukanmu cinta….”. 





0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto Saya
Winarsih Azhari Noor
aku adalah remaja biasa, tidak cantik, tidak pintar, dan tidak kaya, tapi aku bersyukur atas apa yang telah ku miliki saat ini....(jiaah lebay) thank u Allah...:)
Lihat profil lengkapku