topbella

Rabu, 18 Desember 2013

Dongeng si Peri cantik


                Aku masih asik duduk di teras belakang rumahku ketika hujan mulai menderas  mengguyur kota Jakarta,  Sambil memandangi  lembar-lembar  foto  dalam album kenangan masa  SMU dulu dengan ditemani  secangkir coffe late hangat kesukaanku membuatku semakin larut dalam ruang masa lalu, gemericik suara air langit di luar sana seakan menjelma menjadi alunan musik klasik nan merdu yang kian melengkapi  kesenduan senja berhujan hari ini.
                “aahh...masa SMU memang masa-masa yang paling indah..” gumamku dalam hati,ingin sekali rasanya diriku kembali ke masa itu, maka segera saja memoriku terlempar  jauh ke dalam dimensi masa lampau, ke masa sepuluh tahun silam, saat dimana diriku masih mengenakan seragam putih abu-abu lalu dengan gagahnya melangkah tegap memasuki lapangan upacara.
                “ ke-pa-da pembina upacara...hormaaaaattt...graakk..!!” teriaku lantang memberi komando
Aaiiihhh...keren sekali diriku pada saat itu, sampai-sampai setelah selesai upacara kabarnya ada beberapa murid perempuan yang semakin terpesona bukan kepalang olehku eheheh,maaf bukan ge-er  tapi memang saat itu namaku semakin berkibar di sekolah tepatnya sejak aku berhasil menjadi juara kelas bahkan juara umum,namaku jadi mulai ramai dibicarakan dikalangan siswa dan para guru terlebih di kalangan murid-murid perempuan,ditambah lagi aku juga berhasil memenangi beberapa cerdas cermat yang diadakan oleh sekolahku maka semakin riuhlah mereka membisikan namaku, aku yang sejatinya tak terlalu menarik kini jadi terlihat sekeren Tom Cruz ahahah
“ plakk...!! “ tepok jidat.
Aduuhh....tetiba ingatanku terdampar pada seseorang yang menyandang nama Fatin Mazaya, gadis ayu kembang sekolah idaman para siswa, “hmm..seperti apa dirinya yang sekarang..?” gumamku dalam hati mulai menebak-nebak, “apakah dia sudah menikah..?” “punya anak berapa..?” “siapa lelaki beruntung yang jadi suaminya?” “sekarang dia tinggal dimana..?”  ‘masih cantik seperti dulu tidak ya..?” alamaaakk...diriku mulai sibuk menyusun deret pertanyaan tidak penting tentangnya.
Aku ingat hari itu ketika pertama kali melihatnya saat hari terakhir mengikuti kegiatan MOS, dia datang terlambat, turun dari mobil yang mengantarnya ia langsung  berlari-lari kecil menyusuri lapangan menuju aula yang letaknya tidak terlalu jauh dari gerbang sekolah, rambutnya yang hitam, panjang bergelombang menari-nari indah mengikuti gerak kakinya, deretan pita warna-warni yang memenuhi kepalanya seakan menambah keindahan tersendiri di mataku, kakinya yang jenjang berbalut kaus kaki putih panjang selutut menutupi kulit putihnya, aku asik saja memperhatikannya dari belakang, mengikutinya berlari-lari kecil karena dirikku juga terlambat.
                “ duhai...kemana sajalah diriku selama hampir satu minggu ini...? kenapa aku baru tahu kalau sekolah ini juga memiliki seorang peri cantik...” gumamku setengah tak percaya, ahh...baru kali ini aku merasa bahagia meski terlambat datang ke sekolah.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, sepertinya itu adalah pepatah yang paling tepat untuk menggambarkan suasana hatiku yang girang bukan kepalang pagi ini,bagaimana tidak...? aku yang sudah terlanjur kesemsem sama si peri cantik sejak pandangan pertama tiga hari yang lalu tiba-tiba kini harus menerima kenyataan bahwa diriku ternyata satu kelas dengannya,  “duhai...maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan..?” celetukku sok tau menyitir salah satu ayat yang semalam baru diajarkan oleh uatadz Hamid,guru ngajiku.
Cantik, baik hati, selalu ramah pada siapa pun yang ditemuinya, bibir tipisnya tak pernah lepas dari senyum manis nan mempesona, dia juga gadis yang pintar, tak jarang dia jadi rival terberatku ketika adu debat di kelas, wawasannya yang luas membuatku cukup alot untuk menundukannya, ia selalu punya argumen-argumen cerdas untuk membantah teoriku, kadang ia juga tak segan mendebat guru di kelas yang menurutnya tidak sesuai, hidungnya yang bangir selalu berhasil menyedot perhatianku untuk terus memperhatikannya, tapi aku tak pernah berani menatap wajahnya berlama-lama karena dia memiliki sepasang mata yang sangat indah, mata yang bening dan teduh seperti mata para peri yang hidup dalam negeri dongeng, yeah..aku seakan tak bisa berhenti untuk mengaguminya. 
                Satu setengah tahun telah berlalu,waktu telah berlari begitu cepat bak lesatan timah panas. Pagi itu adalah hari kedua masuk sekolah setelah libur semester awal kelas sebelas, tak disangka-sangka, tak dinyana bahkan tak diduga entah mimpi apa diriku semalam tadi, pagi buta begini diriku sudah dapat kejutan, sebuah kado yang dibungkus rapi entah bagaimana caranya bisa terselip di kolong mejaku, di atasnya ditempel kertas merah jambu berbentuk hati berisi sebuah pesan yang di tulis besar-besar “ UNTUK FAIZ BAGUS ANDIKA “  yang tak lain dan tak bukan adalah namaku, deg...!! seingatku hari ini bukan hari natal jadi sudah dipastikan bukan santa claus yang menaruhnya,lagi pula diriku ini kan seorang muslim jadi bagaimana mungkin dapat hadiah natal? sekarang juga bukan hari valentine atau hari ulang tahunku,aneh. “ jangan-jangan dari penggemar rahasiamu...” celetuk danu sahabat dekatku mencoba membuat spekulasi, tapi aku tidak begitu yakin karena meskipun diriku cukup populer dikalangan para siswa tapi masih banyak siswa-siswa lain yang jauh lebih populer dibanding dengan diriku dan kurasa mereka jauh lebih meyakinkan untuk punya penggemar rahasia, aku mencoba menebak-nebak siapa santa claus gadungan itu tapi buntu, aku menyerah.dan baru saja aku berniat hendak membuka bungkusan kado  tersebut bel masuk sudah lebih dulu berdentang dua kali “ teeeettttt.....teettttttt...... ”  maka segera saja teman-teman sekelasku menyeruak masuk ke dalam kelas, ku urungkan niatku.
                Menjelang tidur aku baru ingat untuk membuka bungkusan kado tadi pagi, “ kenapa pula tidak ditulis nama pengirimnya?suka sekali membuat orang lain penasaran..” gerutuku sambil membuka kertas pembungkus kado warna merah itu, dan...sebuah komik Detektif conan episode terbaru terdapat dalam kotak kecil kado itu,komik idamanku yang belum sempat kubeli
“ hmmm...bagaimana dia bisa tau kalau diriku fans berat sinichi kudo..?” diriku membatin makin penasaran, uppss...ada selembar surat juga yang terselip di dalamnya
“ aku tau saat ini dirimu pasti sedang  bingung kenapa hari ini tiba-tiba dapat hadiah ?hari ini bukan hari yang istimewa bagimu juga bagiku, tapi keinginan itu entah kenapa tiba-tiba saja muncul di hatiku sejak beberapa hari yang lalu, sempat tidak tahu harus memberimu apa tapi kemudian aku ingat dirimu selalu membawa benda kecil itu kemana pun kau pergi, bahkan tiap kali ada jam pelajaran kosong kau tampak serius sekali membacanya, ku pikir itu adalah salah satu hal yang paling kau sukai maka tanpa pikir panjang lagi aku segera membelinya, ku harap kau menyukainya dan mau menerimanya dengan senang hati.. “ dari -FM.
“FM...?siapa..?maksudnya frekwensi radio gitu, AM/FM...?” otakku mulai keriting, berbagai pertanyaan pun mulai memenuhi langit-langit kamarku. “atau jangan-jangan.....” aku tak berani melanjutkan perkataanku. “FM bisa berarti Fatin Mazaya juga kan...? “ karena seingatku aku tidak punya teman atau kenalan lain yang mempunyai inisial nama FM selain Fatin Mazaya.
“ehh..?Fatin Mazaya...?”
“benarkah...?”
Degub jantungku seketika jadi terdengar kian kencang, aku bahkan bisa merasakan suara tiap detaknya, aku seakan melayang di langit ke tujuh yang dipenuhi oleh ribuan bintang, menembus awan lalu memeluk bulan sabit nan elok,rasanya begitu ringan bahkan jam dinding di kamarku pun  seakan lupa untuk berdetik , antara percaya dan tidak percaya, setengah sadar setengah linglung ini seperti mimpi di siang bolong, benarkah ini hadiah dari Fatin Mazaya?, gadis paling cantik idola seantero sekolah itu hari ini memberiku sebuah hadiah, peri cantik yang selama ini ku kagumi secara diam-diam ternyata juga menaruh perhatian yang sama padaku, oh ibu...beruntung benar nasib bujangmu ini, sungguh di luar dugaan.
“duhai Rabbi...bagaimanalah caranya diriku menahan degub jantung yang mulai memainkan melodi yang tak lagi seirama ini...? aku...jatuh cinta....” rintihku dalam sujud panjangku.
Hari-hari berikutnya aku selalu dikungkung oleh perasaan galau, makan tak enak, tidur tak nyenyak, ibadah jadi tidak khusyu, belajar pun jadi tak semangat,semua jadi serba tak menyenangkan lagi  aku seperti hendak menelan buah simalakama, serba salah. Aku ingin sekali menyatakan perasaanku secara langsung pada peri cantik bahwa aku menyukai hadiah pemberiannya, aku juga ingin sekali jujur bilang padanya bahwa aku sangat menyukainya, bahkan sejak pertama kali melihatnya, tapi aku selalu saja gagal untuk melakukannya, aku tak punya keberanian untuk itu, tiap kali menatap mata perinya lidahku langsung tercekat kelu, keberanianku seketika luruh di hadapannya, kata-kata indah yang sudah susah payah kurangkai dan ku hafal hilang begitu saja tanpa permisi. Tapi aku juga tidak bisa jika harus menahan perasaanku selamanya, aku merasa seperti orang paling bodoh di dunia ini sudah jelas-jelas sudah diberi lampu hijau oleh gadis pujaan tapi malah dibiarkan berlalu begitu saja, maka jadilah aku galau sendiri, merana sendiri.  
Gemas melihatku yang tak bereaksi apa-apa sejak hari itu, maka siang ini setelah pulang sekolah peri cantik memintaku untuk bertemu dengannya di taman belakang sekolah, dia bilang ingin bicara, penting.
“ maaf ya telat tadi aku makan siang dulu di kantin sama danu dan ryan..” sergahku sedikit kikuk, tidak enak hati membuatnya menunggu selama hampir satu jam, sebenarnya tadi diriku juga sempat lupa kalau siang ini ada janji dengannya. “iya ga papa kok..” jawabnya pendek sambil tersenyum, ahh..senyum itu lagi aku segera menundukan kepala menahan gejolak di hatiku.
“ jadi, mau bicara soal apa...?” tukasku to the point
“eh..?emm...soal...” kaget tiba-tiba ku todong begitu, “katanya tadi ada sesuatu yang mau dibicarakan,penting, soal apa..? “ tanyaku lagi, dia langsung menundukan kepalanya
“ kamu sudah terima hadiahnya..?”tanyanya pelan “emm..su..sudah kok maksih ya..” jawabku kaku, “ aku memang lagi pengen beli komik itu tapi masih belum sempat eh tiba-tiba kamu ngasih aku komik itu, seneng banget “ kataku melanjutkan “ohh..syukurlah aku juga senang “ jawabnya riang, sekarang suasananya sudah sedikit lebih cair.
“Faiz, aku mungkin adalah perempuan paling gila di dunia ini, paling tidak tahu malu juga tidak sabaran...” ucapnya tenang, aku masih diam menunggu kata-kata selanjutnya
“ aku telah mengenalmu sejak kita sama-sama berada di kelas sepuluh,sejak kita sama-sama duduk di kelas yang sama, banyak kenangan yang telah kita lewati bersama teman-teman yang lain juga. Sejujurnya saat pertama kali mengenalmu aku tak begitu suka denganmu karena di mataku kau terlihat begitu menyebalkan, suka tebar pesona sana-sini,sok jual mahal di depanku seolah-olah aku ini sama sekali tak menarik di hadapanmu padahal hampir  seluruh siswa di sekolah ini tergila-gila padaku Cuma dirimu saja yang selalu berlaku cuek terhadapku,sok tau dan sok pintar makanya aku selalu berusaha keras mencari argumen-argumen tandingan agar aku bisa mendebatmu..” imbuhnya
“tapi...” ia menghentikan perkataannya, “tapi apa....?” sergahku
“tapi kau teman yang baik dan menyenangkan, dirimu penuh dengan kejutan hingga kadang tanpa sadar aku juga jadi ikut terpesona padamu seperti gadis-gadis bodoh itu “ tambahnya lagi, aku menunduk mengulum senyum “dan...” “dan...?” tanyaku penasaran, “ dan sudah sejak dua bulan yang lalu aku tak bisa berhenti berpikir tentangmu isi kepalaku dipenuhi olehmu, aku sebenarnya sebal sekali mendapati kenyataan ini,apalagi setelah hari itu..sudah ku kirimkan hadiah tapi kau masih saja bergeming tak melontarkan reaksi apa pun kesal sekali aku dibuatnya, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa malah hatiku pun jadi ikut mendendangkan namamu, sepertinya aku telah jatuh cinta, aku menyukaimu...” ucapnya tegas
Degg...!!
Jantungku seolah berhenti berdetak,aku seperti sedang kejatuhan bom atom Nagasaki dan Hirosima yang meledak tepat di kepalaku, aku shock tidak percaya dengan apa yang baru saja ku dengar.
            “ kamu mau jadi pacar aku...?” tanyanya lagi tanpa dosa, aku semakin melongo tak percaya belum lagi aku sadar dari rasa keterkejutanku yang pertama kini sudah datang kejutan yang kedua apakah ini mimpi..? atau sekedar imajinasiku saja...?
       “ Faiz...kok kamu diam aja...?” ia mulai sebal “ehh..?ma..maaf..tadi aku dengerin kamu ngomong kok...” aku mulai sadar dan menguasai diri, “jadi bagaimana...?kamu mau jadi pacar aku...? “ia bertanya sekali lagi, “mm..maaf peri..eh Fatin maksudku, maaf aku gak bisa jadi pacar kamu...” tukasku takut-takut, “kenapa..? kamu gak suka sama aku...?” selidiknya, “bu..bukan begitu..., tapi...”
“tapi apa...? kalau suka kenapa tidak mau...?” cecarnya lagi  “maaf..aku gak bisa...aku....” belum juga aku menyelesaikan kalimatku ia sudah berlalu begitu saja meninggalkanku yang mematung, menunduk sambil menutupi wajahnya yang penuh air mata dengan kedua tangannya, patah hati. heehhh....!! sungguh sebenarnya aku juga tidak tega melihatnya seperti itu, tapi sungguh aku tidak bisa memenuhi permintaannya “maafkan aku peri cantik, sungguh sebenarnya aku juga menyukaimu, amat sangat menyukaimu tapi aku tidak mau jadi pacarmu, semalam ustadz Hamid bilang : perempuan adalah makhluk yang sangat istimewa di muka bumi ini maka sudah sepantasnya kitai para lelaki harus berlaku baik untuk memuliakannya, jika benar kau mencintainya maka cintailah dia dengan cara yang paling baik, datangi orang tuanya lalu mintalah izin untuk menikahinya, jika memang dirimu masih belum mampu maka simpan sajalah perasaan itu di hatimu cukup dirimu dan Allah saja yang tahu hingga tiba saatnya kelak, tak perlu mengumbarnya kemana-mana apalagi sampai memacarinya karena itu berati dirimu tak memuliakannya sebagai perempuan...” kata-kataku menguap begitu saja tertelan hujan yang tiba-tiba merintik tak sempat didengar olehnya, aku sependapat dengan guru ngajiku itu karena biar bagaimana juga meskipun diriku ini masih terbilang ABG tapi aku tidak mau kalau cintaku ini hanya dianggap sebagai cinta monyet belaka, aku ingin memupuknya dengan baik agar kelak ia bisa tumbuh menjadi cinta yang sungguhan, aku juga ingin memuliakannya dengan sepenuh hati,dan entah bagaimana ceritanya kini pemahaman bijak itu tertanam kuat di benakku,sok dewas.  “ kau terlalu berharga jika hanya ku jadikan sebagai pacar, peri cantikku...” gumamku lirih dalam hati .
         Sejak kejadian hari itu aku tak lagi bertemu dengannya, bahkan batang hidungnya saja tak lagi terlihat di seluruh lekuk sekolah, belakangan kabar burung beredar jika ia ternyata sudah pindah sekolah entah pindah kemana tidak ada seorang teman pun yang tahu, bahkan pihak sekolah pun seakan berusaha menutupinya, aku jadi merasa bersalah mungkin ia melakukannya karena aku, ia marah, sakit hati dan benci padaku sehingga ia tidak ingin lagi bertemu atau sekedar melihat bayanganku melintas di hadapannya makanya ia memutuskan untuk segera  pindah, hmmm...hatiku terasa amat sesak mengenang kejadian itu, jika diberi kesempatan kedua aku ingin meminta maaf hingga beribu-ribu kali padanya atas keputusanku pada saat itu, “ hmm...peri cantik, apakah kau masih ingat denganku? Aku bahkan masih setia memanjatkan doa-doa kecil di sela sujud panjangku tiap malam untukmu, menitipkan ribuan puisi cintaku padaNya agar kelak Dia bersedia menyampaikannya padamu dengan caraNya yang paling baik, entah kapan itu akan terjadi aku tak pernah tahu “ desauku dalam hati, tapi belakangan aku mulai pesimis jangan-jangan dia sudah menikah.
         Usiaku kini sudah hampir menginjak kepala tiga, masih empat tahunan lagi sih untuk resmi menginjak usia kepala tiga, tapi sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara akulah satu-satunya putra ayah ibuku yang masih betah menjomlo, keenam abangku semuanya sudah berkeluarga bahkan ada diantara mereka yang sudah punya dua sampai tiga anak, ngiri sekali  melihatnya diriku ingin segera menyusul namun apalah daya tulang rusukku belum juga kutemukan, niatan untuk menikah sudah kusampaikan sejak dua tahun yang lalu pada guru ngajiku tapi masih belum ada yang cocok dihati mungkin karena aku juga masih mengharapkan peri cantik yang jadi pendampingku makanya semua calon yang selama ini sudah disodorkan padaku terasa kurang sreg di hati.
        Lusa ibuku bilang akan mengenalkanku dengan seorang akhwat putri dari seorang teman lamanya yang baru pindah dari Bandung  dan kebetulan gadis itu juga sedang mencari pendamping hidup setelah menyelesaikan program S2 nya, padahal aku sudah bilang kemarin ustadz Hamid baru saja menyodorkan nama baru sebagai kandidat calon pendampingku kelak,seorang akhwat pilihan anak dari sepupu jauhnya yang tinggal di Semarang,begitu melihat foto dan membaca biodatanya aku rasa diriku akan  cocok dengan gadis itu,aku juga sudah berniat untuk membuka pintu bagi sepotong hati yang baru dan berjanji akan segera memberi jawabannya minggu depan, tapi ibuku tetap ngotot dan bilang gadis itu sangat cantik, pintar juga shalehah pokoknya tipe istri idaman semua pria dijamin aku langsung cocok dan tidak bakal menyesal jika menikah dengannya, aku manggut saja mengiyakan semoga apa yang dikatakan oleh ibuku itu benar seraya menerima amplop coklat yang katanya berisi foto dan biodata lengkap dari perempuan yang sedang kami bicarakan, segera ku buka amplop itu.
Dusss...!!
Entah untuk keberapa kalinya jantungku serasa mau copot seperti ini oleh orang yang sama, entah mataku yang sudah rabun atau memang diriku yang sudah dikuasai oleh angan semu, percaya atau tidak gadis yang ada di foto itu adalah peri cantik, aku hafal mati bentuk hidung bangir dan mata perinya, tidak salah lagi dia adalah peri cantik. Segera kulihat biodatanya untuk memastikan dugaanku dan benar saja dugaanku tidak meleset sama sekali disana tertulis dengan jelas nama gadis itu “FM alias Fatin Mazaya..” entah bagaimana ceritanya ia bisa bermetamorfosis secara drastis begitu menjadi seorang akhwat.
      “ Duhh..Gusti..apa lagi ini, kenapa baru muncul sekarang? Kenapa tiba-tiba datang disaat aku tengah bersiap untuk melepaskan masa laluku..? apakah ini kebetulan atau jawaban atas doa-doa kecilku yang telah lalu..? ” desahku pedih.
   Hari yang ditentukan pun tiba....
Seluruh keluarga besarku juga ustadz Hamid tegang menunggu jawaban apa yang akan segera meluncur dari mulutku, dengan mengucap Basmallah dan menarik napas dalam-dalam aku berkata dengan tenang dan mantap, “ setelah menjalankan shalat istikharah selama beberapa hari ini, ananda memutuskan untuk memilih Qisti Taqiyya, calon yang disodorkan oleh ustadz Hamid sebagai pendamping ananda,Insya allah dia adalah pilihan yang terbaik untuk ananda saat ini...dialah masa depan ananda karena dalam mimpi-mimpi ananda belakangan ini dialah yang selalu muncul di dalamnya” semua takzim mendengar ucapanku
“maafkan ananda ibu, ananda menolak calon yang diajukan oleh ibu, bukan! Bukan karena dia buruk atau kurang baik,tapi justru karena dia terlalu sempurna untuk ananda, bahkan sesungguhnya sudah sejak lama ananda juga menyukainya karena dia adalah gadis pujaan ananda sewaktu SMU dulu..” semua mulai terperangah mendengar ucapanku, kompak ber “oh” ria menimpali.
  “ananda takut jika cinta yang akan ananda berikan padanya hanyalah seberkas cinta masa lalu saja, sedangkan ananda sekarang sudah membuka hati untuk seseorang yang baru, ananda sudah memutuskan untuk melupakan masa lalu ananda dengan membuka lembaran baru bersama seseorang yang juga baru, maka biarlah dia menjadi kenangan indah yang akan ananda kenang di sudut hati yang lain, jadi mohon ayah dan ibu segera lamarkan dinda Qisti Taqiyya untuk ananda agar ananda bisa segera menjadikannya permaisuri dalam hati ananda yang baru...” semua gembira menyambut perkataanku dengan suka cita, tak perlu waktu lama lagi mereka segera menyusun rencana menentukan hari baik untuk melaksanakan hari bahagia itu.
  “ saya terima nikahnya Qisti Taqiyya binti Abu Hamamah dengan mas kawin uang sebesar Rp.250.000 ,seperangkat alat shalat dan 999 puisi cinta dibayar tunai...”
“sah...?”
“sah..”  “sah...’
“sah...” riuh para tamu undangan menjawab secara serempak, doa-doa, ekspresi haru dan bahagia menyatu sempurnna memenuhi langit-langit aula masjid tempatku melangsungkan ijab qabul.
 “ Barokallahumma laka wa baroka alaika..wa jama’a bainakuma fii khoir....” .



0 komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto Saya
Winarsih Azhari Noor
aku adalah remaja biasa, tidak cantik, tidak pintar, dan tidak kaya, tapi aku bersyukur atas apa yang telah ku miliki saat ini....(jiaah lebay) thank u Allah...:)
Lihat profil lengkapku