Aku
masih asik duduk di teras belakang rumahku ketika hujan mulai menderas mengguyur kota Jakarta, Sambil memandangi lembar-lembar
foto dalam album kenangan
masa SMU dulu dengan ditemani secangkir coffe late hangat kesukaanku membuatku
semakin larut dalam ruang masa lalu, gemericik suara air langit di luar sana
seakan menjelma menjadi alunan musik klasik nan merdu yang kian melengkapi kesenduan senja berhujan hari ini.
“aahh...masa
SMU memang masa-masa yang paling indah..” gumamku dalam hati,ingin sekali
rasanya diriku kembali ke masa itu, maka segera saja memoriku terlempar jauh ke dalam dimensi masa lampau, ke masa
sepuluh tahun silam, saat dimana diriku masih mengenakan seragam putih abu-abu
lalu dengan gagahnya melangkah tegap memasuki lapangan upacara.
“
ke-pa-da pembina upacara...hormaaaaattt...graakk..!!” teriaku lantang memberi
komando
Aaiiihhh...keren
sekali diriku pada saat itu, sampai-sampai setelah selesai upacara kabarnya ada
beberapa murid perempuan yang semakin terpesona bukan kepalang olehku eheheh,maaf
bukan ge-er tapi memang saat itu namaku semakin berkibar
di sekolah tepatnya sejak aku berhasil menjadi juara kelas bahkan juara umum,namaku
jadi mulai ramai dibicarakan dikalangan siswa dan para guru terlebih di
kalangan murid-murid perempuan,ditambah lagi aku juga berhasil memenangi
beberapa cerdas cermat yang diadakan oleh sekolahku maka semakin riuhlah mereka
membisikan namaku, aku yang sejatinya tak terlalu menarik kini jadi terlihat
sekeren Tom Cruz ahahah
“ plakk...!! “
tepok jidat.
Aduuhh....tetiba
ingatanku terdampar pada seseorang yang menyandang nama Fatin Mazaya, gadis ayu
kembang sekolah idaman para siswa, “hmm..seperti apa dirinya yang sekarang..?”
gumamku dalam hati mulai menebak-nebak, “apakah dia sudah menikah..?” “punya
anak berapa..?” “siapa lelaki beruntung yang jadi suaminya?” “sekarang dia
tinggal dimana..?” ‘masih cantik seperti
dulu tidak ya..?” alamaaakk...diriku mulai sibuk menyusun deret pertanyaan
tidak penting tentangnya.
Aku ingat hari
itu ketika pertama kali melihatnya saat hari terakhir mengikuti kegiatan MOS,
dia datang terlambat, turun dari mobil yang mengantarnya ia langsung berlari-lari kecil menyusuri lapangan menuju
aula yang letaknya tidak terlalu jauh dari gerbang sekolah, rambutnya yang hitam,
panjang bergelombang menari-nari indah mengikuti gerak kakinya, deretan pita
warna-warni yang memenuhi kepalanya seakan menambah keindahan tersendiri di
mataku, kakinya yang jenjang berbalut kaus kaki putih panjang selutut menutupi
kulit putihnya, aku asik saja memperhatikannya dari belakang, mengikutinya
berlari-lari kecil karena dirikku juga terlambat.
“
duhai...kemana sajalah diriku selama hampir satu minggu ini...? kenapa aku baru
tahu kalau sekolah ini juga memiliki seorang peri cantik...” gumamku setengah
tak percaya, ahh...baru kali ini aku merasa bahagia meski terlambat datang ke
sekolah.
Pucuk dicinta
ulam pun tiba, sepertinya itu adalah pepatah yang paling tepat untuk
menggambarkan suasana hatiku yang girang bukan kepalang pagi ini,bagaimana tidak...?
aku yang sudah terlanjur kesemsem sama si peri cantik sejak pandangan pertama tiga
hari yang lalu tiba-tiba kini harus menerima kenyataan bahwa diriku ternyata
satu kelas dengannya, “duhai...maka
nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan..?” celetukku sok tau menyitir
salah satu ayat yang semalam baru diajarkan oleh uatadz Hamid,guru ngajiku.
Cantik, baik
hati, selalu ramah pada siapa pun yang ditemuinya, bibir tipisnya tak pernah
lepas dari senyum manis nan mempesona, dia juga gadis yang pintar, tak jarang
dia jadi rival terberatku ketika adu debat di kelas, wawasannya yang luas
membuatku cukup alot untuk menundukannya, ia selalu punya argumen-argumen cerdas
untuk membantah teoriku, kadang ia juga tak segan mendebat guru di kelas yang
menurutnya tidak sesuai, hidungnya yang bangir selalu berhasil menyedot
perhatianku untuk terus memperhatikannya, tapi aku tak pernah berani menatap
wajahnya berlama-lama karena dia memiliki sepasang mata yang sangat indah, mata
yang bening dan teduh seperti mata para peri yang hidup dalam negeri dongeng,
yeah..aku seakan tak bisa berhenti untuk mengaguminya.
Satu
setengah tahun telah berlalu,waktu telah berlari begitu cepat bak lesatan timah
panas. Pagi itu adalah hari kedua masuk sekolah setelah libur semester awal
kelas sebelas, tak disangka-sangka, tak dinyana bahkan tak diduga entah mimpi
apa diriku semalam tadi, pagi buta begini diriku sudah dapat kejutan, sebuah
kado yang dibungkus rapi entah bagaimana caranya bisa terselip di kolong
mejaku, di atasnya ditempel kertas merah jambu berbentuk hati berisi sebuah
pesan yang di tulis besar-besar “ UNTUK FAIZ BAGUS ANDIKA “ yang tak lain dan tak bukan adalah namaku, deg...!!
seingatku hari ini bukan hari natal jadi sudah dipastikan bukan santa claus
yang menaruhnya,lagi pula diriku ini kan seorang muslim jadi bagaimana mungkin
dapat hadiah natal? sekarang juga bukan hari valentine atau hari ulang tahunku,aneh.
“ jangan-jangan dari penggemar rahasiamu...” celetuk danu sahabat dekatku mencoba
membuat spekulasi, tapi aku tidak begitu yakin karena meskipun diriku cukup
populer dikalangan para siswa tapi masih banyak siswa-siswa lain yang jauh
lebih populer dibanding dengan diriku dan kurasa mereka jauh lebih meyakinkan
untuk punya penggemar rahasia, aku mencoba menebak-nebak siapa santa claus
gadungan itu tapi buntu, aku menyerah.dan baru saja aku berniat hendak membuka
bungkusan kado tersebut bel masuk sudah
lebih dulu berdentang dua kali “ teeeettttt.....teettttttt...... ” maka segera saja teman-teman sekelasku menyeruak
masuk ke dalam kelas, ku urungkan niatku.
Menjelang
tidur aku baru ingat untuk membuka bungkusan kado tadi pagi, “ kenapa pula
tidak ditulis nama pengirimnya?suka sekali membuat orang lain penasaran..”
gerutuku sambil membuka kertas pembungkus kado warna merah itu, dan...sebuah
komik Detektif conan episode terbaru terdapat dalam kotak kecil kado itu,komik
idamanku yang belum sempat kubeli
“ hmmm...bagaimana dia bisa tau
kalau diriku fans berat sinichi kudo..?” diriku membatin makin penasaran, uppss...ada
selembar surat juga yang terselip di dalamnya
“ aku tau saat ini dirimu pasti
sedang bingung kenapa hari ini tiba-tiba
dapat hadiah ?hari ini bukan hari yang istimewa bagimu juga bagiku, tapi
keinginan itu entah kenapa tiba-tiba saja muncul di hatiku sejak beberapa hari
yang lalu, sempat tidak tahu harus memberimu apa tapi kemudian aku ingat dirimu
selalu membawa benda kecil itu kemana pun kau pergi, bahkan tiap kali ada jam
pelajaran kosong kau tampak serius sekali membacanya, ku pikir itu adalah salah
satu hal yang paling kau sukai maka tanpa pikir panjang lagi aku segera
membelinya, ku harap kau menyukainya dan mau menerimanya dengan senang hati.. “
dari -FM.
“FM...?siapa..?maksudnya
frekwensi radio gitu, AM/FM...?” otakku mulai keriting, berbagai pertanyaan pun
mulai memenuhi langit-langit kamarku. “atau jangan-jangan.....” aku tak berani
melanjutkan perkataanku. “FM bisa berarti Fatin Mazaya juga kan...? “ karena
seingatku aku tidak punya teman atau kenalan lain yang mempunyai inisial nama
FM selain Fatin Mazaya.
“ehh..?Fatin Mazaya...?”
“benarkah...?”
Degub jantungku seketika jadi terdengar
kian kencang, aku bahkan bisa merasakan suara tiap detaknya, aku seakan
melayang di langit ke tujuh yang dipenuhi oleh ribuan bintang, menembus awan
lalu memeluk bulan sabit nan elok,rasanya begitu ringan bahkan jam dinding di
kamarku pun seakan lupa untuk berdetik ,
antara percaya dan tidak percaya, setengah sadar setengah linglung ini seperti
mimpi di siang bolong, benarkah ini hadiah dari Fatin Mazaya?, gadis paling
cantik idola seantero sekolah itu hari ini memberiku sebuah hadiah, peri cantik
yang selama ini ku kagumi secara diam-diam ternyata juga menaruh perhatian yang
sama padaku, oh ibu...beruntung benar nasib bujangmu ini, sungguh di luar
dugaan.
“duhai Rabbi...bagaimanalah
caranya diriku menahan degub jantung yang mulai memainkan melodi yang tak lagi
seirama ini...? aku...jatuh cinta....” rintihku dalam sujud panjangku.
Hari-hari
berikutnya aku selalu dikungkung oleh perasaan galau, makan tak enak, tidur tak
nyenyak, ibadah jadi tidak khusyu, belajar pun jadi tak semangat,semua jadi
serba tak menyenangkan lagi aku seperti
hendak menelan buah simalakama, serba salah. Aku ingin sekali menyatakan
perasaanku secara langsung pada peri cantik bahwa aku menyukai hadiah
pemberiannya, aku juga ingin sekali jujur bilang padanya bahwa aku sangat
menyukainya, bahkan sejak pertama kali melihatnya, tapi aku selalu saja gagal
untuk melakukannya, aku tak punya keberanian untuk itu, tiap kali menatap mata
perinya lidahku langsung tercekat kelu, keberanianku seketika luruh di
hadapannya, kata-kata indah yang sudah susah payah kurangkai dan ku hafal hilang
begitu saja tanpa permisi. Tapi aku juga tidak bisa jika harus menahan perasaanku
selamanya, aku merasa seperti orang paling bodoh di dunia ini sudah jelas-jelas
sudah diberi lampu hijau oleh gadis pujaan tapi malah dibiarkan berlalu begitu
saja, maka jadilah aku galau sendiri, merana sendiri.
Gemas
melihatku yang tak bereaksi apa-apa sejak hari itu, maka siang ini setelah
pulang sekolah peri cantik memintaku untuk bertemu dengannya di taman belakang
sekolah, dia bilang ingin bicara, penting.
“ maaf ya
telat tadi aku makan siang dulu di kantin sama danu dan ryan..” sergahku sedikit
kikuk, tidak enak hati membuatnya menunggu selama hampir satu jam, sebenarnya
tadi diriku juga sempat lupa kalau siang ini ada janji dengannya. “iya ga papa
kok..” jawabnya pendek sambil tersenyum, ahh..senyum itu lagi aku segera
menundukan kepala menahan gejolak di hatiku.
“ jadi, mau
bicara soal apa...?” tukasku to the point
“eh..?emm...soal...”
kaget tiba-tiba ku todong begitu, “katanya tadi ada sesuatu yang mau
dibicarakan,penting, soal apa..? “ tanyaku lagi, dia langsung menundukan
kepalanya
“ kamu sudah terima
hadiahnya..?”tanyanya pelan “emm..su..sudah kok maksih ya..” jawabku kaku, “
aku memang lagi pengen beli komik itu
tapi masih belum sempat eh tiba-tiba kamu ngasih
aku komik itu, seneng banget “
kataku melanjutkan “ohh..syukurlah aku juga senang “ jawabnya riang, sekarang
suasananya sudah sedikit lebih cair.
“Faiz, aku
mungkin adalah perempuan paling gila di dunia ini, paling tidak tahu malu juga
tidak sabaran...” ucapnya tenang, aku masih diam menunggu kata-kata selanjutnya
“
aku telah mengenalmu sejak kita sama-sama berada di kelas sepuluh,sejak kita
sama-sama duduk di kelas yang sama, banyak kenangan yang telah kita lewati
bersama teman-teman yang lain juga. Sejujurnya saat pertama kali mengenalmu aku
tak begitu suka denganmu karena di mataku kau terlihat begitu menyebalkan, suka
tebar pesona sana-sini,sok jual mahal di depanku seolah-olah aku ini sama
sekali tak menarik di hadapanmu padahal hampir
seluruh siswa di sekolah ini tergila-gila padaku Cuma dirimu saja yang
selalu berlaku cuek terhadapku,sok tau dan sok pintar makanya aku selalu
berusaha keras mencari argumen-argumen tandingan agar aku bisa mendebatmu..”
imbuhnya
“tapi...”
ia menghentikan perkataannya, “tapi apa....?” sergahku
“tapi
kau teman yang baik dan menyenangkan, dirimu penuh dengan kejutan hingga kadang
tanpa sadar aku juga jadi ikut terpesona padamu seperti gadis-gadis bodoh itu “
tambahnya lagi, aku menunduk mengulum senyum “dan...” “dan...?” tanyaku
penasaran, “ dan sudah sejak dua bulan yang lalu aku tak bisa berhenti berpikir
tentangmu isi kepalaku dipenuhi olehmu, aku sebenarnya sebal sekali mendapati
kenyataan ini,apalagi setelah hari itu..sudah ku kirimkan hadiah tapi kau masih
saja bergeming tak melontarkan reaksi apa pun kesal sekali aku dibuatnya, tapi
aku tidak bisa berbuat apa-apa malah hatiku pun jadi ikut mendendangkan namamu,
sepertinya aku telah jatuh cinta, aku menyukaimu...” ucapnya tegas
Degg...!!
Jantungku
seolah berhenti berdetak,aku seperti sedang kejatuhan bom atom Nagasaki dan
Hirosima yang meledak tepat di kepalaku, aku shock tidak percaya dengan apa
yang baru saja ku dengar.
“ kamu mau jadi pacar aku...?”
tanyanya lagi tanpa dosa, aku semakin melongo tak percaya belum lagi aku sadar
dari rasa keterkejutanku yang pertama kini sudah datang kejutan yang kedua
apakah ini mimpi..? atau sekedar imajinasiku saja...?
“ Faiz...kok kamu diam aja...?” ia mulai
sebal “ehh..?ma..maaf..tadi aku dengerin
kamu ngomong kok...” aku mulai sadar
dan menguasai diri, “jadi bagaimana...?kamu mau jadi pacar aku...? “ia bertanya
sekali lagi, “mm..maaf peri..eh Fatin maksudku, maaf aku gak bisa jadi pacar kamu...” tukasku takut-takut, “kenapa..? kamu
gak suka sama aku...?” selidiknya, “bu..bukan begitu..., tapi...”
“tapi apa...?
kalau suka kenapa tidak mau...?” cecarnya lagi
“maaf..aku gak bisa...aku....” belum juga aku menyelesaikan kalimatku ia
sudah berlalu begitu saja meninggalkanku yang mematung, menunduk sambil
menutupi wajahnya yang penuh air mata dengan kedua tangannya, patah hati. heehhh....!!
sungguh sebenarnya aku juga tidak tega melihatnya seperti itu, tapi sungguh aku
tidak bisa memenuhi permintaannya “maafkan aku peri cantik, sungguh sebenarnya
aku juga menyukaimu, amat sangat menyukaimu tapi aku tidak mau jadi pacarmu,
semalam ustadz Hamid bilang : perempuan adalah makhluk yang sangat istimewa di
muka bumi ini maka sudah sepantasnya kitai para lelaki harus berlaku baik untuk
memuliakannya, jika benar kau mencintainya maka cintailah dia dengan cara yang
paling baik, datangi orang tuanya lalu mintalah izin untuk menikahinya, jika
memang dirimu masih belum mampu maka simpan sajalah perasaan itu di hatimu
cukup dirimu dan Allah saja yang tahu hingga tiba saatnya kelak, tak perlu
mengumbarnya kemana-mana apalagi sampai memacarinya karena itu berati dirimu
tak memuliakannya sebagai perempuan...” kata-kataku menguap begitu saja tertelan
hujan yang tiba-tiba merintik tak sempat didengar olehnya, aku sependapat
dengan guru ngajiku itu karena biar bagaimana juga meskipun diriku ini masih
terbilang ABG tapi aku tidak mau kalau cintaku ini hanya dianggap sebagai cinta
monyet belaka, aku ingin memupuknya dengan baik agar kelak ia bisa tumbuh
menjadi cinta yang sungguhan, aku juga ingin memuliakannya dengan sepenuh hati,dan
entah bagaimana ceritanya kini pemahaman bijak itu tertanam kuat di benakku,sok
dewas. “ kau terlalu berharga jika hanya
ku jadikan sebagai pacar, peri cantikku...” gumamku lirih dalam hati .
Sejak kejadian hari itu aku tak lagi
bertemu dengannya, bahkan batang hidungnya saja tak lagi terlihat di seluruh
lekuk sekolah, belakangan kabar burung beredar jika ia ternyata sudah pindah
sekolah entah pindah kemana tidak ada seorang teman pun yang tahu, bahkan pihak
sekolah pun seakan berusaha menutupinya, aku jadi merasa bersalah mungkin ia
melakukannya karena aku, ia marah, sakit hati dan benci padaku sehingga ia
tidak ingin lagi bertemu atau sekedar melihat bayanganku melintas di hadapannya
makanya ia memutuskan untuk segera pindah, hmmm...hatiku terasa amat sesak mengenang
kejadian itu, jika diberi kesempatan kedua aku ingin meminta maaf hingga beribu-ribu
kali padanya atas keputusanku pada saat itu, “ hmm...peri cantik, apakah kau
masih ingat denganku? Aku bahkan masih setia memanjatkan doa-doa kecil di sela
sujud panjangku tiap malam untukmu, menitipkan ribuan puisi cintaku padaNya
agar kelak Dia bersedia menyampaikannya padamu dengan caraNya yang paling baik,
entah kapan itu akan terjadi aku tak pernah tahu “ desauku dalam hati, tapi
belakangan aku mulai pesimis jangan-jangan dia sudah menikah.
Usiaku kini sudah hampir menginjak
kepala tiga, masih empat tahunan lagi sih untuk resmi menginjak usia kepala tiga,
tapi sebagai anak bungsu dari tujuh bersaudara akulah satu-satunya putra ayah
ibuku yang masih betah menjomlo, keenam abangku semuanya sudah berkeluarga
bahkan ada diantara mereka yang sudah punya dua sampai tiga anak, ngiri
sekali melihatnya diriku ingin segera
menyusul namun apalah daya tulang rusukku belum juga kutemukan, niatan untuk
menikah sudah kusampaikan sejak dua tahun yang lalu pada guru ngajiku tapi
masih belum ada yang cocok dihati mungkin karena aku juga masih mengharapkan
peri cantik yang jadi pendampingku makanya semua calon yang selama ini sudah
disodorkan padaku terasa kurang sreg di hati.
Lusa ibuku bilang akan mengenalkanku
dengan seorang akhwat putri dari seorang teman lamanya yang baru pindah dari Bandung
dan kebetulan gadis itu juga sedang
mencari pendamping hidup setelah menyelesaikan program S2 nya, padahal aku sudah
bilang kemarin ustadz Hamid baru saja menyodorkan nama baru sebagai kandidat
calon pendampingku kelak,seorang akhwat pilihan anak dari sepupu jauhnya yang
tinggal di Semarang,begitu melihat foto dan membaca biodatanya aku rasa diriku
akan cocok dengan gadis itu,aku juga
sudah berniat untuk membuka pintu bagi sepotong hati yang baru dan berjanji
akan segera memberi jawabannya minggu depan, tapi ibuku tetap ngotot dan bilang
gadis itu sangat cantik, pintar juga shalehah pokoknya tipe istri idaman semua
pria dijamin aku langsung cocok dan tidak bakal menyesal jika menikah
dengannya, aku manggut saja mengiyakan semoga apa yang dikatakan oleh ibuku itu
benar seraya menerima amplop coklat yang katanya berisi foto dan biodata
lengkap dari perempuan yang sedang kami bicarakan, segera ku buka amplop itu.
Dusss...!!
Entah untuk
keberapa kalinya jantungku serasa mau copot seperti ini oleh orang yang sama,
entah mataku yang sudah rabun atau memang diriku yang sudah dikuasai oleh angan
semu, percaya atau tidak gadis yang ada di foto itu adalah peri cantik, aku
hafal mati bentuk hidung bangir dan mata perinya, tidak salah lagi dia adalah
peri cantik. Segera kulihat biodatanya untuk memastikan dugaanku dan benar saja
dugaanku tidak meleset sama sekali disana tertulis dengan jelas nama gadis itu
“FM alias Fatin Mazaya..” entah bagaimana ceritanya ia bisa bermetamorfosis
secara drastis begitu menjadi seorang akhwat.
“ Duhh..Gusti..apa lagi ini, kenapa baru
muncul sekarang? Kenapa tiba-tiba datang disaat aku tengah bersiap untuk
melepaskan masa laluku..? apakah ini kebetulan atau jawaban atas doa-doa
kecilku yang telah lalu..? ” desahku pedih.
Hari yang ditentukan pun tiba....
Seluruh keluarga
besarku juga ustadz Hamid tegang menunggu jawaban apa yang akan segera meluncur
dari mulutku, dengan mengucap Basmallah dan menarik napas dalam-dalam aku
berkata dengan tenang dan mantap, “ setelah menjalankan shalat istikharah
selama beberapa hari ini, ananda memutuskan untuk memilih Qisti Taqiyya, calon
yang disodorkan oleh ustadz Hamid sebagai pendamping ananda,Insya allah dia
adalah pilihan yang terbaik untuk ananda saat ini...dialah masa depan ananda
karena dalam mimpi-mimpi ananda belakangan ini dialah yang selalu muncul di
dalamnya” semua takzim mendengar ucapanku
“maafkan ananda
ibu, ananda menolak calon yang diajukan oleh ibu, bukan! Bukan karena dia buruk
atau kurang baik,tapi justru karena dia terlalu sempurna untuk ananda, bahkan
sesungguhnya sudah sejak lama ananda juga menyukainya karena dia adalah gadis
pujaan ananda sewaktu SMU dulu..” semua mulai terperangah mendengar ucapanku,
kompak ber “oh” ria menimpali.
“ananda takut jika cinta yang akan ananda
berikan padanya hanyalah seberkas cinta masa lalu saja, sedangkan ananda
sekarang sudah membuka hati untuk seseorang yang baru, ananda sudah memutuskan
untuk melupakan masa lalu ananda dengan membuka lembaran baru bersama seseorang
yang juga baru, maka biarlah dia menjadi kenangan indah yang akan ananda kenang
di sudut hati yang lain, jadi mohon ayah dan ibu segera lamarkan dinda Qisti
Taqiyya untuk ananda agar ananda bisa segera menjadikannya permaisuri dalam
hati ananda yang baru...” semua gembira menyambut perkataanku dengan suka cita,
tak perlu waktu lama lagi mereka segera menyusun rencana menentukan hari baik
untuk melaksanakan hari bahagia itu.
“ saya terima nikahnya Qisti Taqiyya binti
Abu Hamamah dengan mas kawin uang sebesar Rp.250.000 ,seperangkat alat shalat
dan 999 puisi cinta dibayar tunai...”
“sah...?”
“sah..” “sah...’
“sah...” riuh
para tamu undangan menjawab secara serempak, doa-doa, ekspresi haru dan bahagia
menyatu sempurnna memenuhi langit-langit aula masjid tempatku melangsungkan
ijab qabul.
“ Barokallahumma laka wa baroka alaika..wa
jama’a bainakuma fii khoir....” .
0 komentar:
Posting Komentar